• 13 March 2015
  • Admin
Media

Perempuan Indonesia Pemenang Kompetisi Esai ISRSF

Pada hari Kamis (12/2) Jurnal Perempuan menghadiri Prize Awarding Ceremony yang diadakan oleh ISRSF (The Indonesian Scholarship and Research Support Foundation). Acara yang diselenggarakan di kantor ISRSF, Graha Iskandarsyah ini diadakan dalam rangka pengumuman pemenang dan pemberian hadiah atas 2014 Indonesian History Essay Competition and Essay Competition for Indonesian Women yang dibuat oleh ISRSF. Dalam acara itu, dewan juri Indonesian History Essay Competition, yang terdiri dari Prof. Peter Carey (Universitas Indonesia dan Oxford University), Prof. Bambang Purwanto (Universitas Gadjah Mada) dan Dr. Baskara Wardaya (Universitas Sanata Dharma), berhasil memutuskan tiga pemenang dan tiga Honorable Mention dari 36 esai yang masuk. Ketiga pemenang itu adalah Sammy Kanadi dengan tulisan berjudul “The Ethical Policy and Indonesian Nationalism”, Norman Joshua Soelias dengan esai berjudul “The Price of Containment: Marshall Plan and the Mutual Security Program in Indonesia, 1948-1952. Terakhir, Hendri Yulius Wijaya dengan tulisan berjudul “Women, Islam, and National Building Examining Transnational Frictions of Indonesia’s Early Feminism.”

Hendri mengatakan,”Awalnya saya ingin mengikuti kompetisi esai tentang gender, namun ternyata ditujukan untuk perempuan. Akhirnya saya mencari alternatif lain. Saya membaca kembali tulisan Soekarno dan Kartini dan menelusuri jejak feminisme di sana”. Di samping ketiga nama itu, ada tiga nama lain penerima Honorable Mention, yaitu karya tulis yang patut diapresiasi. Ketiga nama tersebut adalah Maiza Elvira dengan esai berjudul “A Comparative Dutch and British Comparative Methods to Control Epidemics in the East Indies from 1880-1940”, Irfan Nugraha dengan esai berjudul “How the History of Religious Conflict Should be Written? A Role of History in Peace-Building Agenda by ‘Voiceless Victim’ Participation in Writing Process” dan Muzayin Nazaruddin dengan esai berjudul “Disaster and Landscape Rhythm, A Case Study of Mount Merapi in Indonesia.”

Dewan Juri essay Competition for Indonesian Women yang terdiri dari Maria Hartiningsih (Harian Kompas), Antarini Pratiwi (Universitas Indonesia) dan Dr. Francisia Seda (Universitas Indonesia) juga telah berhasil menentukan tiga pemenang serta tiga Honorable Mention dari tiga puluh esai yang masuk. Kompetisi esai ini hanya boleh diikuti oleh perempuan di seluruh Indonesia. Nama-nama yang berhasil menjadi pemenang antara lain Sari Damar Ratri, dengan esai berjudul “When Harm Reduction has not been Accommodating Drug Users’ Needs.”, Ana Wijayanti Purnomo, dengan esai berjudul “Eco-Friendly Technology Innovation for Women as Invisible Home Workers” dan Hana Hanifa, dengan esai berjudul “Care Drain from South to North: Feminization of Migration and Nanny-Maid Dilemma”. Ketiga nama Honorable Mention adalah Nurhadianty Rahayu, dengan esai berjudul “Reconctructing and Reviving Gerwani’s Identity through the Act of Writing Back”, Savitry Nurhayati dengan esai berjudul “Gender Equality in Indonesia: An Analysis”, Nafisah dengan esai berjudul “One Dimensional Man: Skin Whitening Series, One Dimensional Beauty Product Selection by Indonesian Women.”

Para juri yang turut hadir seperti Maria Hartiningsih dan Peter Carey merasa bahagia dapat menemukan pemenang dengan esai-esai yang sangat berkualitas. Maria mengatakan, ”Rasanya seperti menemukan permata.” Peter juga mengatakan bahwa bahasa menjadi salah satu hambatan dalam penulisan esai ini. Tujuan dari kompetisi esai yang diadakan ISRSF ini adalah untuk mempermudah seleksi penerimaan Arryman Fellowship tahun ini. Dr. Jonathan R. Pincus, Board of Trustees ISRSF yang ikut menghadiri acara ini mengatakan, “Our goal is to support scholarship and stimulating research in Indonesian social sciences. Our dream is the next Indonesian social scientist will be based here teaching and writing books about Indonesia’s social issues”. Arryman Fellowship membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada semua perempuan Indonesia untuk menjadi penerima beasiswa. Saat ini, dari sembilan orang penerima Arryman Fellow di Northwestern University, tiga orang adalah perempuan, alias lebih dari tiga puluh persen. Benny Subianto, Executive Director ISRSF yang menjadi moderator di acara ini mengatakan, “Kami lebih menginginkan pelamar perempuan”.

Sumber : Jurnal Perempuan